Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ringkasan Buku Yanis Varoufakis : Talking to My Daughter About The Economy - A Brief History of Capitalism

Buku yang saya ringkas ini bercerita tentang ekonomi, dikemas dalam bahasa percakapan sehari-hari dan juga menganalogikan beberapa bagian dalam perekonomian dengan kisah-kisah dalam dongeng.

Penulis buku ini, Yanis Varoufakis adalah ekonom yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Yunani. Dalam bukunya Talking to My Daughter About The Economy - A Brief History of Capitalism, beliau berbicara tentang ekonomi kepada anaknya yang bernama Xenia, tentunya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh anaknya.

Buku Talking to My Daughter About The Economy terdiri dari Prologue, 8 Bab, dan Epilogue. Yuk langsung saja kita ke ringkasan bukunya!

Prologue

Alasan Yanis menulis buku Talking to My Daughter About The Economy adalah keyakinannya bahwa ekonomi sangat penting dan seharusnya setiap orang memahami, bukan hanya menyerahkan ekonomi kepada para ekonom. Sebagai guru ekonomi, ia berpendapat, jika tidak dapat menerangkan ekonomi kepada anak-anak muda maka sebenarnya yang menerangkan itu tidak paham tentang ekonomi.

Buku Talking to My Daughter About The Economy ditulis dengan bahasa sehari-hari dan tidak ada footnote atau referensi. Dalam buku ini tidak akan ditemui istilah kapital atau kapitalis, namun Yanis mengganti istilah kapitalis dengan 'market society', dan kapital dengan 'machinery' atau 'production'.

1 Why So Much Inequality

Yanis menjawab pertanyaan anaknya, mengapa begitu banyak ketidaksetaraan?

Ia menjawab dengan memberikan pertanyaan yang pada intinya sama namun sedikit berbeda. Mengapa orang Aborigin di Australia tidak menjajah Inggris? Jawabannya tidak semudah "yang satu lebih pintar sehingga menjadi lebih capable".

Yanis Varoufakis mulai menjelaskan kesalahan umum yang dipikirkan banyak orang yaitu bahwa pasar dan ekonomi adalah sama. Pasar adalah tempat pertukaran, selanjutnya ia menganalogikan pasar dengan supermarket dan cara bayarnya. Ia menjelaskan bahwa pada mulanya pertukaran adalah dengan barter.

Dua lompatan besar

Lompatan yang pertama adalah ketika manusia dapat berbicara. Lompatan kedua adalah ketika manusia dapat mengolah lahan.

Dengan kemampuan berbicara dan mengolah lahan, alih-alih hanya mengkonsumsi yang diberikan alam, manusia mulai memproduksi makanan. Dari sinilah mulai bangkitnya sesuatu yang kita sebut ekonomi.


Elemen dasar dari ekonomi adalah surplus. Surplus artinya setiap produksi dari tanah yang tersisa setelah kita memberi makan diri kita dan mengganti bibit dimana kita mengambil hasil produksi tersebut. Dengan kata lain, surplus adalah setiap kelebihan yang membuat kita dapat mengakumulasi dan memberi manfaat di masa depan.

Kita harus mencatat dua hal. Pertama, berburu, memancing, dan memanen hasil alam seperti buah dan sayuran yang tumbuh secara alami tidak dapat memberikan surplus, meski sebanyak apapun kita mengumpulkannya. Tidak seperti gandum, jagung, nasi, dan jelai yang dapat disimpan supaya awet. Ikan, daging kelinci, dan pisang cepat busuk dan basi. Kedua, surplus agrikultur tersebut melahirkan keajaiban-keajaiban yang mengubah kemanusiaan selamanya : menulis, hutang, uang, negara, birokrasi, tentara, juru tulis, dan bahkan bentuk pertama dari perang biokimia.

Kembali ke pertanyaan: Mengapa Inggris menginvasi Australia, dan bukan sebaliknya?

Kondisi geografi di Eurasia, tanah dan iklimnya membuat orang memerlukan tenaga yang besar atau kerja keras untuk mendapatkan surplus. Hal ini membuat pemimpin-pemimpin di sana untuk mempersenjatai tentara dengan pistol dan senjata biokimia.

Di negara seperti Australia, segala sesuatunya berbeda. Makanan selalu melimpah dan tidak pernah kekurangan karena tiga hingga empat juta orangnya hidup harmonis dengan alam yang memiliki hubungan ekslusif dengan flora dan faunanya pada sebuah benua yang seukuran Eropa. Hasilnya, tidak ada alasan untuk menemukan teknologi agrikultur yang akhirnya tidak ada akumulasi surplus serta teknologi lain yang mengikutinya.

Bagaimana dengan Afrika?
Jika kamu melintasi Eurasia dari Pasifik Hingga Atlantik kamu akan menemukan iklim yang relatif sama, sedangkan jika kamu melintasi Afrika dari selatan hingga utara, ada perbedaan iklim yang sangat besar. Teknologi agrikultur lebih mudah diadaptasi di Eurasia karena persamaan iklim tersebut, sehingga perkembangan teknologi lebih pesat.

Ketidakseimbangan lainnya adalah ketidakseimbangan yang tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan geografis atau iklim, yaitu di dalam suatu komunitas atau negara. Untuk memahaminya kita perlu berbicara mengenai ekonomi.

Orang yang memiliki hak istimewa terhadap akumulasi surplus, diberikan kekuatan ekonomi, politik, dan bahkan budaya, yang dapat digunakan untuk mendapatkan surplus yang lebih besar. Lebih mudah menciptakan uang satu juta jika sebelumnya kamu sudah memiliki beberapa juta.

Jadi, ketidakseimbangan ada di dua level. Pertama, level global. Dan level kedua ada di dalam societies itu sendiri.

2 The Birth Of Market Society

Bab kedua buku Talking to My Daughter About The Economy diawali dengan cerita Kapten Kostas yang jangkarnya tersangkut sehingga susah ditarik, seorang pemuda dengan senang hati menawarkan bantuan untuk menyelam dan memposisikan jangkar yang tersangkut itu. Pemuda itu melakukannya karena ia senang menyelam.

Apa perbedaan antara barang dan komoditas? Komoditas adalah barang yang diproduksi untuk dijual.

Orang yang bingung dalam membedakan barang dan komoditas tidak pernah mengerti mengapa jumlah pendonor darah menurun ketika pendonor ditawari uang untuk sumbangan darah mereka. Pendonor darah mendapatkan kesenangan dalam memberikan darah mereka. Tetapi ketika mereka ditawari uang, ada perubahan dari kontribusi menjadi transaksi, dan jumlah uang yang ditawarkan tidaklah cukup untuk transaksi itu.

Ekonomi berasal dari kata oikos (rumah tangga) dan nomos (peraturan) sehingga arti ekonomi adalah peraturan rumah tangga. Dari sejarah peradaban manusia, ekonomi rumah tangga memproduksi barang, dan hanya kadang-kadang memproduksi komoditas.

Rumah tangga pada awalnya memproduksi barang untuk dikonsumsi, namun seiring perkembangan jaman, barang seperti pupuk untuk menumbuhkan tanaman itu didapatkan dari luar rumah tangga (dahulu pupuk diproduksi sendiri di rumah tangga). Demikian halnya apa yang kita konsumsi, kebanyakan kita beli dari luar rumah tangga. Dalam proses ini, ekonomi menjadi nama yang salah. Kebanyakan dari apa yang kita produksi dan konsumsi dibuat dari luar 'oikos', rumah tangga.

Ekonomi yang sesungguhnya sekarang sudah tidak relevan dan tidak mampu menerangkan kondisi ekonomi sekarang ini. Mungkin nama yang cocok adalah agoranomy. Agora berarti marketplace. Tetapi karena kebanyakan orang masih menggunakan kata ekonomi, kita masih akan menggunakan kata ekonomi.

Bagaimana dan mengapa societies with markets menjadi market societies?

Proses produksi memerlukan tiga elemen dasar yaitu:
  1. Capital goods (barang-barang kapital). Bahan mentah yang diekstrak dari alam (contohnya bijih besi), peralatan dan mesin, pagar dan bangunan. Semua ini dikenal sebagai barang-barang untuk diproduksi.
  2. Land (tanah)
  3. Labour (tenaga kerja)
Pada awal mula societies, tidak ada satu faktor di atas adalah komoditas. Semua adalah barang dan bukan komoditas.

Market society muncul saat kebanyakan aktivitas produktif disalurkan melalui pasar. Dan, ketiga faktor tersebut berubah menjadi komoditas, memperoleh nilai tukar dalam prosesnya.

Bagaimana transformasi besar ini terjadi?

Semuanya dimulai dengan perkembangan kapal di Eropa, dengan menggunakan kompas, dan metode-metode menjelajahi lautan. Semua ini membuat bangsa Eropa menemukan rute laut yang baru, yang akhirnya melahirkan perdagangan global.

Pemilik lahan melihat pelaut-pelaut tersebut memperdagangkan barang-barang yang memiliki nilai internasional. Akhirnya mereka berpikir, jika tidak bisa mengalahkan mereka, mengapa tidak bergabung dengan mereka?

Akhirnya, pemilik lahan membuat keputusan yang bulat. Menyingkirkan semua tanaman yang tidak memiliki akses ke perdagangan global.

Dalam beberapa dekade, tidak ada yang sama lagi. Pedesaan Inggris berubah bentuk. Mulai dengan berubahnya societies with market menjadi market society.

Tidak seperti orang tua mereka yang bekerja tanpa menjual tenaga mereka, mantan buruh ini dipaksa untuk memperdagangkan tenaga mereka sendiri. Buruh-buruh ini menawarkan tenaga mereka kepada sedikit pembeli. Hingga akhirnya, pemberi pekerjaan tidak cukup untuk menampung tenaga mereka.

Hal yang sama terjadi dengan tanah. Sekali mereka mengganti buruh tani dengan domba. Pemilik tanah menyadari bahwa untuk mengawasi produksi wool mereka sendiri adalah dengan menyewakan tanah kepada orang lain dengan harga mengikuti harga wool internasional.

Tetapi siapa yang akan menyewa tanah? Beberapa mantan buruh akan melakukannya. Jadi mereka menandatangani hak guna usaha dengan pemilik lahan dengan harapan saat meraka menjual woolnya ke pasar, mereka dapat membayar sewa tanah, tenaga kerja, dan memiliki sisa untuk keluarganya.

Lihatlah bagaimana semua buruh menjadi pedagang dan tanah leluhur menjadi komoditas. Jika orangtua mereka khawatir tuan tanah tidak memberikan bagian yang cukup untuk makanan musim dingin, mereka mengkhawatirkan hal yang berbeda : akankah mereka akan dapat menjual wool dengan harga yang cukup untuk membayar sewa dan memberi makan anak-anak mereka?

3 The Marriage of Debt and Profit

Yanis Varoufakis bercerita mengenai Doktor Faustus yang digoda oleh iblis untuk mendapatkan kekuatan namun dibayar dengan nyawanya. Cerita dalam buku Talking to My Daughter About The Economy ini merupakan analogi dari hutang.

Masih ingat cerita bab 2? Awalnya buruh mengerjakan tanah dan menghasilkan barang (production). Kemudian 'tuan-yang-feodal' menyuruh sheriff untuk mengambil bagiannya, jika perlu dengan paksa (distribution). Akhirnya, setelah Si Tuan menikmati hasilnya, sisanya dijual untuk mendapatkan uang (debt-credit). PRODUCTION-DISTRIBUTION-DEBT CREDIT

Namun setelah tenaga kerja dan tanah menjadi komoditas, semuanya berbalik: daripada distribusi surplus didapatkan setelah produksi, distribusi bahkan mulai sebelum produksi dikerjakan.

Mantan buruh tani pada cerita di atas, tidak memiliki uang untuk membayar tanah sebelum menjual woolnya, sehingga ia harus meminjam. Disinilah pembalikan yang luar biasa terjadi, hutang menjadi faktor utama dan pelumas yang esensial dalam proses produksi.

Jika harga wool turun drastis atau ada bencana, mereka tidak hanya lapar, tetapi juga tidak mampu membayar hutang. Dengan jatuh tempo hutang yang semakin dekat, mereka menjadi putus asa. Tidak mampu membayar hutang dan bunganya menjadikan mereka budak surat hutang mereka sendiri. Sama seperti akhir cerita Doktor Faustus.

Selanjutnya Yanis menceritakan tentang bisnis. Bisnis dianalogikan seperti bathub yang mendapatkan aliran air, kemudian saat ditarik penutup bathub-nya, air akan segera mengalir keluar dengan derasnya. Cara supaya bisnis bertahan adalah dengan mendapatkan keuntungan.

Teknologi membawa keuntungan kompetitif untuk memenangkan pelanggan. Namun, teknologi harus dibayar dengan uang, sering untuk mendapatkannya, perusahaan harus berhutang. Tambahan hutang akan memberikan kesempatan mendapat keuntungan yang semakin besar. Namun, juga rute tercepat pada keruntuhan perusahaan jika kesalahan terjadi.

4 The Black Magic of Banking

Ekonomi modern tidak dapat survive tanpa daur ulang. Sama seperti binatang dan tumbuhan mendaur ulang oksigen dan karbondioksida, begitu juga para karyawan mendaur ulang upah mereka dengan membelanjakannya di toko, dan bisnis mendaur ulang laba dengan membelanjakannya pada gaji karyawan supaya dapat survive, kegagalan dalam mendaur ulang akan menyebabkan bubarnya suatu sistem. Kegagalan daur ulang dalam ekonomi menyebabkan krisis yang berakibat kemiskinan dan perampasan.

Penyebabnya adalah ketika riba tidak lagi dianggap dosa dan para bankir bebas menentukan tingkat bunga, bank mulai mendapatkan kekuatan super - kekuatan untuk membawa jumlah daur ulang yang luas tetapi juga kekuatan untuk menghentikan daur ulang secara tiba-tiba dan menyebabkan bencana.

Meminjam adalah menukarkan nilai dari masa depan dan menyeretnya ke masa sekarang. Bank adalah agen time-travel. Mereka menerima deposit dari para penabung, meminjamkannya kepada para peminjam, membayar bunga yang lebih sedikit kepada penabung daripada yang mereka kenakan kepada para peminjam, dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga.

Bank juga begitu mudahnya menemukan uang untuk memberikan pinjaman. Dari mana asalnya uang itu? Jawabannya bukanlah dari konsumen lain yang mendeposit di bank, melainkan “from nowhere - out of thin air”.

Bank tinggal mengetikkan angka di rekening peminjam dan segera setelah peminjam mengecek akunnya, uangnya sudah bertambah dan dapat diambil di ATM.

Bankers memberikan pinjaman, pinjaman, dan pinjaman.
Dan meskipun mereka sebenarnya mengetahui bahwa mantra mereka melintasi realita black magic: poinnya adalah ketika pinjaman yang dibuat oleh bank begitu luas dan ekonomi tidak dapat mengimbangi kecepatannya dan keuntungan yang dibuat tidak lagi cukup untuk membayarnya. Ketika sejumlah besar uang yang dipinjam dari masa depan akhirnya gagal untuk diwujudkan, ekonomi mengalami crash.

Ketika para peminjam ini gagal bayar, toko mereka tutup dan banyak pekerja terkena PHK. Dengan semakin banyaknya peminjam yang gagal bayar, bank menemukan diri mereka mengalami kredit macet dari para pebisnis yang gagal bayar.

Beredarnya berita membuat bank kekurangan suplai cash. Secara tiba-tiba, bahkan orang dengan simpanan yang besar di bank menemukan diri mereka tidak punya uang sepeserpun.

Setelah crash datang melanda. Orang meminjam kepada orang dan tidak ada seorangpun yang dapat membayar.

Pekerja yang dipecat tidak dapat membeli barang dari pebisnis yang masih menjalankan bisnisnya, hal ini mendorong perusahaan yang masih bertahan ke dalam jurang. Kantor-kantor dan pabrik tutup. Dengan segera sejumlah besar pekerja yang mencintai pekerjaan mereka, di-PHK.

Keluarga-keluarga gagal membayar hutang KPR yang mereka gunakan untuk membeli rumah. Bank menyita rumah mereka untuk menjualnya pada harga rendah. Tetapi dengan begitu banyaknya rumah yang dijual dan sedikitnya uang yang dimiliki oleh orang-orang, perlahan-lahan rumah-rumah itu tetap kosong dan harga rumah pun jatuh.

Peran negara
Ketika ekonomi terperangkap dalam pusaran kehancuran, hanya satu yang dapat menolong: negara.

Selalu, satu hal yang harus dilakukan negara adalah intervensi kepada sistem perbankan itu sendiri. Satu-satunya cara menghentikan kehancuran adalah dengan mengakhiri rantai reaksi dengan meminjamkan uang kepada bank sehingga mereka tetap buka. Tetapi darimana negara menemukan uang yang begitu banyak dalam waktu singkat?

Jawabannya adalah Bank Sentral. Di setiap negara namanya berbeda, di Inggris disebut Bank of England, di Amerika Serikat disebut Federal Reserve, di Australia disebut The Reserve Bank. Apapun namanya, Bank Sentral adalah bank yang dimiliki pemerintah dan konsumennya adalah bank-bank lain. Dan dari bank sentral inilah uang itu berasal.

Tetapi, darimanakah uang itu berasal? Jawabannya adalah "from nowhere - the thin air".

Bertindak sebagai lender of the last resort dari bank-bank umum, hubungan yang menarik terbentuk: bank sentral memperoleh kekuasaan diantara mereka. Bank sentral dapat memilih bank mana yang akan diselamatkan dan bank mana yang dibiarkan gagal.

Menyadari kecilnya kepercayaan masyarakat kepada bank sentral maka dibentuklah penjamin simpanan, sehingga jika tabungan masyarakat gagal dibayar oleh bank maka ada jaminan uang tersebut akan diganti pemerintah.

Hutang yang tidak tertagih
Saat ada hutang yang tidak tertagih maka dalam dunia perbankan ada satu solusi dengan istilah write-off. Perusahaan limited liability membatasi risiko pemilik dengan memisahkan harta pemilik dengan perusahaan, ketika perusahaan bangkrut, harta pribadi pemiliknya tidak terdampak.

Pada saat kondisi ekonomi sedang bagus, bankers dan enterpreneurs banyak melawan pemerintah, namun ketika terjadi krisis, secara tiba-tiba mereka meminta bantuan kepada pemerintah.

Kondisi perekonomian tidak hanya tergantung kepada pemerintah, namun kondisi perekonomian diciptakan oleh setiap orang.

5 Two Oedipal Markets

Pada bagian dalam buku Talking to My Daughter About The Economy ini, Yanis menjelaskan perbedaan antara 'tidak dapat menjual sesuatu' dengan 'tidak mendapatkan harga yang cocok'. Ia mencontohkan temannya yang menjual rumah, namun temannya tersebut mengatakan ia tidak dapat menjual rumahnya. Padahal, yang terjadi adalah ada yang menawar rumahnya tetapi harganya di dibawah ekspektasinya.

Yanis menjelaskan kompeksitas pasar tenaga kerja, dimana pasar tenaga kerja tidak hanya didasarkan pada nilai tukar (exchange value) tenaga kerja tetapi juga terhadap pandangan orang atas optimisme dan pesimisme terhadap ekonomi.

Di bagian ini Ia juga bercerita mengenai Oedipus Rex, yang menggenapi ramalan membunuh ayahnya sendiri dan menikah dengan ibunya sendiri karena respon ayahnya sendiri yang mencoba membunuh anaknya yang baru lahir namun gagal, sehingga anaknya tidak mengenal ayah dan ibunya. Cerita lengkapnya di buku ya, kepanjangan.

Cerita Oedipus tersebut merupakan analogi dari ekonomi. Saat pengusaha melihat bahwa upah buruh dan suku bunga turun, mereka melihat bahwa ekonomi akan mengalami krisis, sehingga mereka menghindari meminjam uang dan merekrut pegawai. Keadaan ini akan membuat upah buruh tetap rendah dan suku bunga turun lebih rendah, dan ramalan mereka tentang krisis ekonomi benar-benar terjadi. Alih-alih perekonomian bangkit, perekonomian menjadi korban pesimisme mereka sendiri.

Jika ekonomi adalah mesin dari society, dan hutang adalah bahan bakarnya, maka tenaga kerja adalah percikan apinya.

6 Haunted Machines

Awalnya, mendapatkan mesin baru memberikan keuntungan diantara pesaing-pesaingnya. Namun, seiring berjalannya waktu, pengusaha lain segera melakukan hal yang sama sehingga keuntungan tersebut gugur.

Kebanyakan dari kita terbelenggu dengan teknologi. Pekerjaan yang dulu ada, sekarang sudah digantikan mesin dan kita merasa lebih insecure bahkan khawatir untuk pekerjaan anak-anak kita di masa depan.

Tiga hal yang menyebabkan harga jatuh adalah:
  • Pertama, otomatisasi produksi membuat harga turun
  • Kedua, persaingan membuat produsen menurunkan harga
  • Ketiga, robot yang menggantikan manusia dalam bekerja tidak membelanjakan uang untuk belanja produk yang mereka produksi, hal menurunkan permintaan.
Turunnya permintaan membuat harga-harga barang jatuh. Jatuhnya harga barang berarti perusahaan mulai menjual produk mereka di bawah harga pokok produksi. Dengan tidak adanya keuntungan, perusahaan mengalami gagal bayar hutang mereka. Banyaknya perusahaan yang gagal bayar mengakibatkan ekonomi crash dan krisis terjadi.

Pengusaha yang masih bertahan dalam bisnis menyadari dua hal, pertama, banyak kompetitor yang tutup dan persaingan sudah hilang. Kedua, sekarang lebih murah menyewa pekerja daripada mempekerjakan mesin.

Mempekerjakan manusia selalu lebih membawa keuntungan daripada mempekerjakan mesin, karena manusia selalu mendaur ulang upah mereka.

Suka atau tidak, hanya masalah waktu saja sebelum kebanyakan pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi.

7 The Dangerous Fantasy of Apolitical Money

Pada mulanya manusia melakukan saling tukar barang atau barter. Namun kemudian, satu komoditas diciptakan untuk alat tukar komoditas yang lain, yaitu mata uang (currency).

Pada bagian ini Yanis menceritakan tentang deflasi dan inflasi. Ia juga menjelaskan bagaimana bank menaikkan dan menurunkan suku bunga berdasarkan ekspektasi terhadap kenaikan dan penurunan harga barang tersebut.

Jika bank melihat bahwa bulan depan akan terjadi inflasi, maka bank akan menaikkan suku bunga. Mengapa? Karena jika terjadi inflasi, akan dibutuhkan lebih banyak uang untuk membeli barang yang sama. Sehingga supaya dapat membeli barang yang sama dengan harga lebih tinggi, bank mengenakan bunga lebih tinggi.
The economy, unlike nature, is influenced, buffeted and indeed shaped by what we think of it.
Yang membuat mata uang berfungsi adalah kepercayaan. Pada bagian selanjutnya Yanis berbicara mengenai uang, perkembangannya dan pandangannya tentang cryptocurencies yang ada.

8 Stupid Viruses

Pada bagian ini Yanis bercerita tentang film Matrix, dimana makhluk hidup lain menjaga keseimbangan dengan alam, namun manusia tidak. Manusia menjadi seperti virus.

Market society membuat kita lebih mementingkan exchange value daripada experience value.

Yanis mencontohkan kebakaran hutan, jika hutan tidak terbakar, hutan dapat dinikmati oleh banyak orang, orang dapat menikmati keindahan alam, sejuknya udara, dan kesehatan. Namun hal itu tidak memberikan keuntungan pada siapapun. Beda halnya jika hutan itu terbakar, maka pengusaha bahan bakar pesawat akan untung, pekerja akan mendapatkan upah. Society yang mengagungkan exchange value akan mengabaikan alam.

Alasan market society gagal menjaga alam adalah karena alam memberikan experiental values tetapi tidak memberikan exchange values sehingga mereka merusaknya.

Bagian dalam buku Talking to My Daughter About The Economy ini juga, Yanis mengatakan bahwa ekonomi tidak dapat dipisahkan dari politik.

Yanis juga mengatakan bahwa sekarang adalah saatnya terjadi pertentangan tentang Democratize everything melawan Commodify everything. Proposal yang diajukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan pengaruh adalah Commodify everything. Sedangkan Yanis Vatoufakis mencoba membangun rekomendasi tentang Democratize everything.

Epilogue

Pada bagian terakhir buku Talking to My Daughter About The Economy ini, Yanis mengajak kita berandai-andai dengan adanya mesin bernama HALPEVAM, yang dapat membawa kita ke dunia virtual dan memberikan kita semua kesenangan yang ada di imajinasi kita, dan lebih bagusnya lagi HALPEVAM membuat kita tidak menyadari bahwa kita ada di dunia virtual, semuanya tampak nyata bagi kita.

Ada quote yang dikutip berbunyi ‘It is better to be a human being dissatisfied than a pig satisfied, better to be Socrates dissatisfied than a fool satisfied. And if the fool, or the pig, are of a different opinion, that is because they know only their side of the story.

Quote tersebut dapat diartikan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya membutuhkan sudut pandang yang berseberangan.

Kita tidak tahu apa itu bahagia kalau tidak pernah sedih bukan? Atau kita tidak tahu nikmatnya makan kalau kita tidak pernah lapar. (Bagian ini saya tambahkan sendiri ya, di buku tidak ada, yang saya tangkap dari quote tersebut demikian, kalau ada sudut pandang lain, silakan tulis di komentar ya).

Ada juga quote lain tentang happiness, It is like a colourful butterfly: ‘The more you chase it, the more it will elude you. But if you turn your attention to other things, it will come and sit softly on your shoulder.’

Sejak abad ke-19, ekonom menulis buku, artikel surat kabar, dan sekarang ada di tv, radio, serta online. Orang normal yang mendengar dan membacanya akan menarik kesimpulan: ekonomi terlalu teknis dan membosankan, sebaiknya diserahkan saja kepada 'ahlinya'.

Kenyataannya, tidak ada yang benar-benar ahli. Dan ekonomi terlalu penting untuk diserahkan kepada ahlinya.

Alasan Yanis Varoufakis menjadi ekonom, salah satunya adalah tidak mau menyerahkan ekonomi kepada 'ahlinya'.

Demikian ringkasan buku Yanis Varoufakis : Talking to My Daughter About The Economy - A Brief History of Capitalism. Silakan jika ada yang mau didiskusikan. Yuk share artikel ini dan jangan lupa subscribe ya.
Terima kasih.

4 comments for "Ringkasan Buku Yanis Varoufakis : Talking to My Daughter About The Economy - A Brief History of Capitalism"